ABSTRAK
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penyakit Malaria merupakan masalah besar di beberapa
bagian benua Afrika dan Asia Tenggara terutama di Negara sedang berkembang yang
beriklim tropis termasuk Indonesia. Meskipun sejak tahun 1950 penyakit ini
telah berhasil dibasmi di beberapa negara seperti Benua Eropa, Amerika Tengah
dan Amerika Selatan, World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar
300-500 juta penduduk terserang penyakit ini pertahun dengan mortalitas antara
1-2 juta setiap tahun, dan 3000 per hari, sebagian besar bayi dan balita (WHO,
1997).
Malaria sering menimbulkan kejaadian luar biasa
(KLB) yang makin banyak korban jiwa. Kejadian luar biasa (KLB) malaria yang
dilaporkan di Indonesia sejak tahun 1998 hingga Agustus 2001 terjadi pada 11
propinsi di Indonesia yaitu propinsi Sumatera selatan, DI yogyakarta, Lampung,
Jawa Tengah, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur
(NTT), Jawa Timur, Sumatera Barat, Jawa Barat dan DKI Jakarta. Lebih dari 50%
penyebab adalah P. Falciparum (Depkes RI, 1995)
Laporan pemeriksaan sediaan darah (PCD) Malaria
Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2007 dari 2.208.932 penduduk terdapat 25.365
penderita malaria klinis dengan hasil pemeriksaan Plasmodium falciparum 3.398,
Plasmodium vivax 2.827, Plasmodium malarie 105 dan plasmodium ovale 102 kasus
(Dinkes Kaltim, 2007)
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas didapatkan perlunya
peningkatan peran kader kesehatan dalam hal : (1) melaksanakan penemuan kasus
atau mendiagnosa kasus malaria berdasarkan gejala klinis malaria yang sesuai
standar WHO, (2) Merujuk untuk melakukan pemeriksaan sediaan darah sesuai
secara benar oleh petugas mikroskopis (3) bekerja sama dengan Puskesmas dalam
memberikan pengobatan yang tepat serta pendampingan selama pengobatan (4)
bekerja sama dengan teman dekat pasien atau keluarga pasien dalam memotivasi
dan pendampingan minum obat bagi pasien (5) memberikan penyuluhan dan (6)
melakukan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan dengan membuat
rencana tindak lanjut jadwal pemeriksaan sediaan darah ulang oleh petugas
puskesmas melalui alur yang tepat serta dokumentasi untuk pencatatan pelaporan.
Dengan demikian di dapatkan rumusan masalahnya adalah, “Apakah ada pengaruh
pemberdayaan kader kesehatan terhadap efektifitas pencegahan malaria”.
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberdayaan kader kesehatan terhadap
efektifitas pencegahan malaria.
2.
Untuk
mengetahui karakteristik kader kesehatan berdasarkan umur, jenis kelamin,
pekerjaan yang berhubunga dengan pencegahan malaria
D. Manfaat
a.
Diharapkan
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu dibidang kesehatan khususnya penyakit
infeksi malaria serta dapat diterapkan di masyarakat untuk menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian karena penyakit malaria serta meningkatkan derajat
kesehtan masyarakat.
b.
Diharapka
dapat menjadi bahan acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut, upaya
perbaikan program, peningkatan status kesehatan masyarakat dalam penemuan kasus
malaria secara dini, pengobatan yang efektif, rencana rindak lanjut serta
dokumentasi untuk sistem pencatatan pelapor yang baik dan benar.
c.
Masyarakat
dapat ikut serta dalam setiap program pemerintah yang dapat meningkatkan status
kesehatan, khususnya peningkatan kemandirian masyarakat menolong dirinya
sendiri dalam menanggulangi dan memberantas penyakit malaria.
BAB
II
Malaria di
Indonesia, merupakan salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi
ancaman, bahkan sering manimbulkan kematian apabila tidak diobati secara benar.
Terutama di Indonesia bagian Tengah dan Timur yang umumnya merupakan daerah
endemis malaria, penyakit ini mendudukiurutan ke 8 dari 10 besar penyakit utama
penyebab kematian di Indonesia dengan angka kematian di perkotaan 0,7% dan
pedesaan 1,7% (SKRT,2001).
Untuk mencegah
penyakit malaria bertambah luas perlu diajak tokoh masyarakat yang dibekali
dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memadai.. pendidikan sebagai suatu
proses untuk merubah perilaku sehingga dapat menimbulkan suatu rasa percaya
diri dan kemandirian, memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri dan orang
lain tentang cara penanggulangan danpemberantasan malaria khususnya dalam hal
pengobatan malaria yang efektif.
Untuk
meningkatkan keikutsertaan tokoh masyarakat secara aktif dan langsung dalam
menanggulangi malaria khususnya pemberdayaan kader kesehatan dalam efektifitas
pengobatan malaria maka perlu dilakukan intervensi berupa pelatihan dan bimbingan
terhadap kader dan dievaluasi pengaruhnya. Selain itu melalui wawancara
mendalam perlu diketahui pendapat TOMA serta dukungannya berkaitan dengan
penyakit malaria dan peran mereka dalam menunjang pelaksanaan penanggulangan
dan pemerantasan malaria khususnya dalam efektifitas pengobatan malaria. Dengan
pengobatan yang efektif dapat memutuskan mata rantai penularan penyakit malaria
dari host yang sakit kepada host yang sehat sehingga dapat menunjang program
penanggulangan dan pemberantasan malaria di masyarakat.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
guna menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang pemberdayaan kader kesehatan
pencegahan malaria.
B. Populasi
dan Sampel Penelitian
Didalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian
adalah semua kader kesehatan malaria puskesmas.
C. Variabel
Penelitian
1.
Variabel
Dependen/Terikat adalah : Efektifitas pencegahan malaria
2.
Variabel
Independen/ Bebas pemberdayaan kader kesehatan.
D. Definisi
Operasional
1.
Efektifitas
pencegahan malaria pencegahan malaria sesuai dengan prosedur pencegahan
malaria, mencapai tujuan yang diharapkan yaitu pasien malaria kambuh dan hasil
sediaan darah nea=gatif. Tidak efektif apabila pasien kambuh (carier) dengan
pemeriksaan sediaan darah positif.
2.
Umur
adalah umur kader yang dihitung dari tanggal kelahirannya.
3.
Jenis
kelamin adalah penggolongan kader kesehatan berdasarkan jenis kelamin.
4.
Pekerjaan
adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh kader kesehatan.
E. Instrumen
Penelitian
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan instrumen penelitian adalah kuisioner pedoman wawancara,
formulir observasi, pedoman observasi, kartu kontrol, dan kartu berobat.
F. Prosedur
Pengambilan atau Pengumpulan Data
Sebagai data dasar untuk melakukan penelitian
ini melakukan analisis data sekunder
yang di peroleh dari Dinas Kesehatan tentang angka kejadian penyakit serta data
yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data tentang tokoh masyarakat dan
keaktifannya diperoleh dari pemerintah setempat, Dinkes serta Puskesmas.
G. Cara
Pengolahan dan Analisa Data
1.
Pengolahan
Data
Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ;
a.
Editing
Berfungsi untuk meneliti kembali apakah isian lembar
kuisioner sudah lengkap.
b.
Koding
Upaya mengklasifikasikan jawaban yang ada, menurut
klasifikasinya dilakukan dengan menandai masing-masing jawaban dengan kode
berupa angka kemudian di masukan dalam lembar tabel kerja guna mempermudah
membacanya.
c.
Tabulating
Kegiatan memasukan data-data penelitian ke dalam
tabel-tabel sesuai dengan kriteria
2.
Analisa
Data
Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan
gambaran umum dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan
dalam penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi frekuensi, baik dalam
bentuk tabel maupun narasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar